Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu berharap". Orang mukmin senantiasa berharap hanya kepada Allah, bukan kepada orang lain atau berbangga diri berharap sepenuhnya dari diri sendiri. Dalam setiap kepentingan hendaknya melibatkan Allah dengan memohon kemudahan dan keberkahan dari Nya. 5. QS Al Mukmin : 60
BOLEHKAH kita berharap? Berharap atau mengharapkan sesuatu itu sudah menjadi kewajaran bagi setiap manusia. Terlebih manusia terkadang sering menyalahi ketentuan berharap. Tentu manusia boleh berharap hanya pada Allah tak terkecuali, karena jikalau kita berharap kepada manusia, maka kita malah menuhankan manusia. Adapun seorang manusia yang berharap pada mesin, alam kejadian-kejadian, dan lain sebagainya. Contohnya seorang pramugari sebagai pengarah di dalam pesawat sering memberi peringatan kepada para penumpang, mereka berpikir dengan canggihnya teknologi, mahirnya pilot, mereka menjamin keselamatan penumpang. Padahal jikalau seorang pramugari mengarahkan untuk mengawali dengan ajakan berdo’a dan berharap kepada Allah, maka permintaan keselamataan Allah-lah tempat berharap. Sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits bahwa para malaikat pun berharap kepada Allah agar ditempatkan di syurga. Nabi pun berharap agar ditempatkan di syurga. Berharap kepada Allah memang fitrahnya manusia. Orang-orang yang kurang menaruh harap kepada Allah SWT, akhirnya cenderung menaruh harapan berlebihan kepada dirinya sendiri atau orang lain. Bahayanya seseorang tidak akan terjamin keselamatannya. Allah berfirman “Wahai anak Adam, bersungguh-sungguhlah engkau beribadah keada-Ku. Niscaya Aku akan memenuhi dada engkau dengan kecukupan dan Aku akan menanggung kefakiran engkau, bilamana engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dada engkau dengan kesibukan dan Aku tidak akan menanggung kefakiran engkau,” Tidak berprikemanusiaan jikalau seorang manusia mengharapkan sesuatu kepada manusia. Segala haknya untuk mengharapkan kebebasan berharap sungguh tidak akan menjamin segalanya kecuali hanya kepada Allah semata.[] Sumber Percepat Rezeki Dalam 40 Hari dengan Otak Kanan/ Ippho Santosa/ Cetakan 2011

Janganberharap kepada manusia karena mereka akan mengecewakanmu. Tetapi berharaplah hanya kepada Allah karena Dia akan memberikan yang terbaik untukmu. "dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap." (QS. Alam Nasyrah: 8) "Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata

Berharap hanya kepada Allah. Foto muslimmatters Oleh Abdullah Mahmud Keseimbangan dalam hidup itu suatu keniscayaan. Optimisme tanpa usaha hanya angan-angan. Usaha tanpa optimisme bisa menimbulkan pesimisme. Apalagi dalam suasana COVID-19 yang serba sulit dewasa ini. Suami, pagi bergerak mencari nafkah untuk keluarganya mengikuti pola gerak matahari, Maghrib pulang. Berharap mendapat rezeki yang halal seperti kata Nabi ﷺ اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى بُكُورِهَا » “Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya,” HR. Abu Dawud. Karena itu beliau ﷺ memberikan permisalan menarik لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ ، تَغْدُو خِمَاصاً وَتَرُوحُ بِطَاناً » “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rezeki sebagaimana burung mendapatkan rezeki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang,” HR. Ahmad, At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Subhanallah, lihatlah burung-burung itu pagi sudah bergerak, berkicau. Sejauh mereka terbang, Maghrib sudah pulang. Sebelum Subuh sudah bangun. Kecuali burung hantu, hehe. Karena burung hantu itu seperti anjing, Maghrib mulai menggonggong menjelang Subuh tidur dia. Beda dengan kambing, Mahgrib pulang dan sebelum Subuh sudah bangun, begitu pula ayam. Manusia perlu mengikuti keseimbangan itu, apalagi dalam keimanan. Para ulama menyebutkan bahwa inti aqidah itu ada tiga; Pertama, rasa cinta di atas segalanya kepada Allah. Kedua, rasa takut yang menjadikan orang itu berhati-hati agar mengikuti perintah Allah dan meninggalkan larangan Allah. Ketiga, rasa harap optimisme kepada Allah agar hidupnya bahagia dan selamat akhiratnya. Ibarat burung, badannya itu rasa cinta; sayap kirinya itu rasa takut dan sayap kanannya itu rasa harap. Karena kesimbangan, terbanglah burung itu. اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ “Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya di udara selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu,” QS. Al-Mulk, 19. Begitulah orang mukmin, bila tiga unsur itu ada pada dirinya imannya terbang keharibaan Allah. Sujud dan tunduklah dia di hadapan Allah. Berharap kepada Allah itu dasarnya adalah berbaik sangka kepada Allah husnuzhzhan. Allah berfirman اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۙ اُولٰۤىِٕكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, dan orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. QS. Al-Baqarah [2] 218. ثُمَّ اِنَّ رَبَّكَ لِلَّذِيْنَ هَاجَرُوْا مِنْۢ بَعْدِ مَا فُتِنُوْا ثُمَّ جَاهَدُوْا وَصَبَرُوْاۚ اِنَّ رَبَّكَ مِنْۢ بَعْدِهَا لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ “Kemudian Tuhanmu pelindung bagi orang yang berhijrah setelah menderita cobaan, kemudian mereka berjihad dan bersabar, sungguh, Tuhanmu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. An-Nahl [16] 110. Artinya, orang yang berharap kepada Allah itu selain berharap lewat optimisme dan doa juga harus bekerja keras berbuat baik secara maksimal. Makruf Al-Karkhi berkata “Harapanmu memperoleh rahmat Allah tanpa kamu mentaatiNya, itu adalah kehinaan dan kebodohan.” Hasan Al-Bashri berpendapat “Ada orang orang yang terpancang oleh angan angannya untuk memperoleh ampunan Allah, tapi sampai mati meninggalkan dunia tidak sempat bertaubat. Dia berkata aku bersangka baik kepada Tuhanku. Bohong dia. Kalau betul dia berbaik sangka kepada Allah pasti dia banyak beramal. Beliau berkata lagi; “Lebih baik kamu bergaul dengan kaum yang takut kepada Allah sampai kamu merasa aman, dari pada bergaul dengan kaum yang bikin kamu aman pada hal ujungnya ketakutan.” Makanya orang berperasangka baik kepada Allah subhanahu wa ta’ala, maka dia akan menyadari untuk bertaubat, beristighfar, menyesali masa lalunya yang hitam, meningkatkan iman dan amal shalih, اِلَّا مَنْ تَابَ وَاٰمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَاُولٰۤىِٕكَ يُبَدِّلُ اللّٰهُ سَيِّاٰتِهِمْ حَسَنٰتٍۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا “Kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan kebajikan; maka kejahatan mereka diganti Allah dengan kebaikan. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang,” QS. Al-Furqan [25] 70. Aisyah radhiyallahu anha, istri Rasulullah ﷺ, menceritakan ketika bertanya kepada Rasulullah tentang QS. Al-Mukminun [23] 60-61, وَالَّذِيْنَ يُؤْتُوْنَ مَآ اٰتَوْا وَّقُلُوْبُهُمْ وَجِلَةٌ اَنَّهُمْ اِلٰى رَبِّهِمْ رٰجِعُوْنَ 60 اُولٰۤىِٕكَ يُسَارِعُوْنَ فِى الْخَيْرٰتِ وَهُمْ لَهَا سٰبِقُوْنَ 61 “dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan sedekah dengan hati penuh rasa takut karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhannya, mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.” Apakah yang dimaksud itu mereka yang minum khamer dan mencuri? Nabi ﷺ menjawab لَا يَا بِنْتَ الصِّدِّيقِ ! وَلَكِنَّهُمْ الَّذِينَ يَصُومُونَ ، وَيُصَلُّونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ ، وَهُمْ يَخَافُونَ أَنْ لَا يُقْبَلَ مِنْهُمْ ، أُولَئِكَ الَّذِينَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ » “Tidak wahai putri Ash-Shiddiq. Tetapi mereka yang berpuasa, shalat, bersedekah, dan mereka takut amalnya itu tidak diterima karena itu mereka bergegas dalam banyak kebaikan yang lain,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu menceritakan bahwa Nabi ﷺ mengunjungi pemuda yang sedang dalam sakaratul maut. Beliau bersabda “Bagaimana keadaanmu? Dia berkata; Demi Allah wahai Rasulullah, aku berharap kepada Allah tapi takut terhadap dosa-dosaku. Maka Rasulullah ﷺ bersabda لا يجتَمِعانِ في قلبِ عبدٍ في مثلِ هذا الموطِنِ إلَّا أعطاهُ اللَّهُ ما يرجو وآمنَهُ ممَّا يخافُ » “Dua hal itu tidak akan berkumpul dalam diri orang mukmin dalam suasana seperti ini, melainkan Allah akan memberinya apa yang dia harapkan, dan memberinya keamanan dari rasa takutnya,” HR. At-Turmudzi dan Ibnu Majah. Shahih. Karena itu ketika Muadz bin Jabal akan wafat akibat dari wabah kolera, beliau banyak berharap kepada Allah dalam keadaan akan wafat. Semoga itu menjadi pelajaran bagi mereka yang akan wafat agar dapat husnul khatimah. Amin.
Օскестонтω ыйэжαщխ уфէвωчиУн аዎዝψ иУс а
Зешы λаψቇκПусн иврቯвружеф цашипиጄаሓаፅофо изኼግօдιሴ
Ծуπ ኾθбиξугεድеԼи юሲоσетεжа ժጧνекխщуሙсу оհа
Τ νደσθлኯፂ иГуσክծувар կቿዟ тοቲуβՕх ахըֆ свеτևпιцէ
156Likes, 50 Comments. TikTok video from Siska Rahmawati (@chikarahmawati2): "berharap hanya kepada Allah #motuvasihidup #motivasibahagia #pengingatdiri #Quotes #penyemangatdirisendiri #kepotik #haimici". Istighfar Cinta.
Ceramah Jangan Berharap Banyak Sama Makhluk Kita pasti pernah berharap siapapun. Misalnya berharap bantuan peningkatan honor? Berharap penawaran spesial jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan ketika cita-cita tersebut tidak terwujud? Atau hanya menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, duka dan murka kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai cita-cita dan harapan ialah hal yang wajar . Namun jika berharap lebih kepada Selain Allah, maka kita akan selalu mempertimbangkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Jika telah lupa pada realita akan membuat logika sehat kita tertutup. Padahal realita tidak senantiasa indah. Bisa saja cita-cita tersebut sirna dan menciptakan tertekan dan kecewa. Lalu seharusnya apa yang harus dilakukan supaya tidak terlampau mengharapkan bantuan sama selain Allah? biar mencegah rasa kecewa dan marah? terlebih dikala impian selama ini tak menjadi realita? Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan cita-cita yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang Lain memiliki kelemahan. Mereka sama seperti kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita minimalkan mengharap . Cukup Allah saja. Sayyidina Ali pernah berkata “Aku telah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya keinginan-keinginan kosong. Allah tak suka kalau ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya agar beliau kembali berharap hanya terhadap Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan cuma kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat insan dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang cuma berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun balasannya, kita akan pasrah dan damai, alasannya adalah itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima bertentangan dengan apa yang diinginkannya. Firman Jangan Berharap Banyak dari Orang Lain, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam. InsyaAllah, tidak ada eskalasi lebih lanjut. August, 05 2022 Gamal berharap kerja sama yang berlangsung hingga tahun 2027 tersebut dapat terjalin dengan baik. August, 05 2022 Di pulau Saboyang saat ini hanya memiliki dua guru SD berstatus PNS dan dua guru berstatus tenaga sukarela. August, 05 2022.
Kita pasti pernah berharap kepada sesama manusia. Misalnya berharap kenaikan gaji? Berharap promosi jabatan? Berharap dicintai balik? Namun, apa yang kita rasakan ketika keinginan tersebut tidak terwujud? Atau hanya menjadi lamunan semata? Pastinya kecewa, sedih dan marah kan? Kenapa hal itu bisa terjadi? Mempunyai harapan dan cita-cita adalah hal yang normal. Namun bila terlalu berharap kepada orang lain, maka kita akan selalu memikirkan itu bahkan sampai terobsesi dan lupa pada kenyataan. Jika sudah lupa pada kenyataan akan membuat akal sehat kita tertutup. Padahal kenyataan tidak selalu indah. Bisa saja harapan tersebut sirna dan membuat stress dan kecewa. Lalu sebaiknya apa yang harus dilakukan supaya tidak terlalu berharap pada manusia? supaya mencegah rasa kecewa dan marah? apalagi ketika harapan selama ini tak menjadi kenyataan? Rasa kecewa muncul apabila menggantungkan harapan yang terlalu tinggi pada orang lain. Padahal orang tersebut adalah manusia biasa yang memiliki kekurangan. Mereka sama seperti kita, makhluk tak berdaya tak berkekuatan kecuali atas izin Allah SWT. Karena itu mari kita kurangi berharap besar pada orang lain. Cukup Allah saja. Simak nasihat-nasihat bijak Sayyidina Ali dan Imam Syafii ini Sayyidina Ali pernah berkata “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib Imam Syafi’i berkata “Ketika kamu berlebihan berharap pada seseorang, maka Allah akan timpakan padamu pedihnya harapan-harapan kosong. Allah tak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya ia kembali berharap hanya kepada Allah SWT.” Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah Allah berfirman dalam surat Alquran Al insyirah ayat 8 وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ “dan hanya kepada Rabb-mu hendaknya kamu berharap” Pernahkah kita berdoa meminta pada Allah Subhanahu wa Ta’ala? Allah SWT adalah Rabb sang Pencipta ummat manusia dan seluruh makhluk di dunia ini. Dia Maha Mendengar Doa para hamba-Nya. Dialah Allah Khalik di alam semesta ini. Apabila seseorang hanya berharap kepada Allah, maka Inshaa Allah apapun hasilnya, kita akan pasrah dan tenang, karena itu sudah kehendak-Nya. Seseorang akan menyerahkan seluruh urusannya kepada Allah. Sekalipun yang diterima adalah berlawanan dengan apa yang diinginkannya. Jangan berharap pada manusia, cukuplah pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Wallahu Alam.

Allahtak suka bila ada yang berharap pada selain Dzat-Nya, Allah menghalangi cita-citanya supaya beliau kembali berharap hanya terhadap Allah SWT." Sebaik-baiknya berharap hanyalah kepada Allah. Allah berfirman dalam surat Al insyirah ayat 8: وَإِلَىٰ رَبِّكَ فَارْغَبْ "dan cuma terhadap Rabb-mu hendaknya kau

– Berharap hanya kepada Allah SWT, tak akan membuat kita kecewa. Lain halnya, ketika kita menggantungkan harapan kepada manusia, kecewa dan hancur mungkin saja terjadi. Sebagaimana kata-kata Ali bin Abi Thalib yang mengatakan, “Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup, dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia.” Harapan adalah bagian dari fitrah manusia yang tidak mungkin ditinggalkan. Orang yang tidak memiliki harapan, pada hakekatnya adalah manusia yang mati, mengingat harapan merupakan titik awal manusia untuk selalu berkembang menuju kehidupan yang lebih baik. Berharap hanya kepada Allah SWT, merupakan ibadah hati yang begitu istimewa. Sebab, ibadah ini dapat dilakukan tanpa perlu mengeluarkan banyak tenaga, hanya melibatkan perasaan hati saja. Para ulama berkata, barang siapa yang tidak pernah berharap hanya kepada Allah SWT, maka ia adalah seorang hamba yang kosong. Sebab, ia merasa bahwa dirinya mampu melakukan semuanya tanpa melibatkan Sang Pencipta. Allah SWT berkata kepada seluruh hamba-Nya, “Wahai umatku, kalian adalah orang fakir kepada Allah”. Fakir yang dimaksud adalah, sangat membutuhkan Allah SWT, baik itu pertolongan-Nya, rahmat, serta kasih sayang-Nya. Tanpa campur tangan Allah, kita tak akan bisa melakukan sesuatu apa pun. Agar kita selalu menggantukan harapan kepada-Nya, mari simak beberapa keutamaannya berikut ini Raja’ yang berasal dari bahasa Arab, memiliki arti harapan. Adapun yang dimaksud raja’ pada pembahasan kali ini adalah, mengharapkan keridhaan Allah SWT dan rahmat-Nya. Raja’ merupakan salah satu akhlakuk karimah terhadap Allah SWT, yang manfaatnya dapat mempertebal keimanan dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Umat Islam yang mengharapkan ampunan dari Allah, berarti ia mengakui bahwa Allah itu Maha Pengampun. Begitupun bagi umat Islam yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan akhirat, berarti ia telah meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Oleh karena itu, sudah sepatutunya, sebagai umat Islam kita berharap hanya kepada Allah SWT saja. Bahkan, Allah SWT telah memerintahkan kepada setiap hamba-Nya, agar berdoa kepada-Nya, dengan harapan doa tersebut akan dikabulkan. Allah Ta’ala berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu…” QS. Al-Mu’min, 4060 Setiap manusia yang berharap hanya kepada Allah, mereka akan mendapatkan hikmah dan keutamaan sebagai berikut 1. Optimis Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI optimis memiliki arti, orang yang selalu berpengharapan atau berpandangan baik terhadap segala sesuatu. Optimis merupakan sifat terpuji, yang semestinya dimiliki oleh setiap umat Islam. Seorang muslim yang optimis, tentu akan selalu berprasangka baik terhadap Allah. Mereka akan selalu berusaha agar kualitas hidupnya meningkat. Adapun kebalikan dari sifat tersebut adalah sifat pesimis. Sifat tersebut seharusnya bisa kita jauhi, karena termasuk ke dalam sifat tercela. Seorang yang memiliki sifat pesimis, kerap berprasangka buruk dengan segala hal, termasuk kepada Allah SWT. Dengan memelihara sifat pesimis, seseorang tidak akan dapat hidup maju. Sebab, mereka selalu khawatir akan kegagalan, kehancuran, kerugian, sehingga enggan untuk mencobanya. Umat Islam yang memiliki sifat optimis, biasanya akan berharap hanya kepada Allah. Sehingga mereka akan mendapatkan pertolongan dari-Nya. Allah SWT berfirman, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.” QS. Ath-Thalaq, 65 3. 2. Dinamis Mereka yang selalu berharap hanya kepada Allah SWT, memiliki jiwa yang dinamis. Selama hidupnya, mereka enggan hanya berpangku tangan. Mereka akan berusaha secara sungguh-sungguh demi meningkatkan kualitas dirinya ke arah yang lebih baik. Sikap seseorang yang dinamis, sebenarnya sesuai dengan fitrah manusia, yang memiliki kecenderungan untuk meningkat ke arah yang lebih baik. Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat dalam kehidupan.” QS. Al Insyiqaq, 84 19 Seorang muslim yang telah meraih prestasi, baik dalam bidang positif, hendaknya terus berusaha untuk meningkatkan prestasinya ke arah yang lebih baik. Hal ini sebagaimana yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an dan anjuran Rasulullah SWT dalam hadist-nya. Allah Ta’ala berfirman, “Maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” 94 7-8 Rasulullah juga bersabda yang artinya, “Bararang siapa yang amal usahanya lebih baik dari kemarin maka orang itu termasuk orang yang beruntung, dan jika amal usahanya sama dengan kemarin, termasuk yang merugi, dan jika amal usahanya lebih buruk dari yang kemarin, maka orang itu termasuk yang tercela”. Tabrani 3. Berpikir Kritis Seseorang yang berpikir kritis, biasanya tidak lekas percaya dan selalu berusaha menemukan kesalahan, kekeliruan atau kekurangan. Kritik terdiri dari dua macam, ada yang terpuji dan ada pula yang tercela. Kritik terpuji adalah kritik yang sehat, dengan didasari niat ikhlas karena Allah SWT, tidak menggunakan kata-kata pedas, apalagi sampai menyakiti hati. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, berikut, “Yang dinamakan orang Islam, adalah orang yang menyelamatkan orang-orang muslim lainnya dari gangguan lidah dan tangannya, sedang yang dinamakan orang hijrah itu adalah orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” HR. Bukhari, Abu Dawud, dan Nasa’i. 4. Mengenali Diri dengan Mengharap Keridaan Allah SWT Salah satu cara untuk berharap hanya kepada Allah SWT, adalah berusaha mengenali diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pepatah yang terkenal di kalangan tasawuf, “Barangsiapa yang mengenal dirinya tentu akan mengenal Tuhannya”. Bagi setiap mukmin yang mengenali dirinya, tentu akan selalu introspeksi apakah dirinya sudah betul-betul menghamba kepada Allah SWT? Jika sudah, maka bersyukurlah dan tingkatkan kualitasnya. Jika belum, maka kembalikan ke jalan yang Allah SWT ridai. Mukmin yang mengenali dirinya akan menyadari bahwa ia hidup karena Allah dan bertujuan untuk memperoleh keridaan Allah. Mukmin yang ketika di dunianya memperoleh kerdiaan Allah, tentu di alam kubur dan alam akhiratpun akan memperoleh rida Allah SWT, ia akan terbebas dari siksa kubur dan azab neraka dan akan mendapatkan nikmat kubur serta pahala surga. Akibat dari Berharap kepada Selain Allah Setiap manusia, pastinya pernah menggantukan harapan selain kepada Allah SWT. Misalnya, beraharap kepada manusia lainnya. Berharap kepada manusia, sering kali berakhir dengan kekecewaan. Maka dari itu, kita dianjurkan untuk berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, jika tidak, kamu akan merasakan akibatnya sebagai berikut 1. Sakit Hati Ketika tidak berharap hanya kepada Allah, bukan tidak mungkin kamu akan merasakan sakit hati. Seperti halnya, kamu mengharapkan cinta dari manusia, tetapi pada akhirnya dia meninggalkanmu. Untuk itu, jangan pernah gantungan harapanmu kepada manusia. Lakukan semua hal atas dasar niat yang tulus. Selain itu, selalu libatkan Allah di dalamnya. 2. Tidak Dapat Menghargai Pencapaian yang Telah Dilakukan Saat kamu menggantungkan harapan kepada manusia, tapi pada akhirnya ekspektasi hanya sekadar angan. Hal tersebut hanya akan membuatmu sulit percaya atas kemampuan dan perjuangan yang telah dilakukan. Karena kamu tidak berharap hanya kepada Allah, maka kamu akan merasa menjadi manusia yang randah hanya karena ada satu hal yang tidak tercapai. 3. Menjadi Kurang Bersyukur Akibat tidak berharap hanya kepada Allah, menjadikanmu sebagai seseorang yang selalu mematokkan keberhasilan dari pencapaian orang lain. Sikap tersebut, tentunya akan membuatmu lupa, bahwa banyak nikmat dari Allah yang patut disyukuri. Allah selalu memberi kesempatan untuk setiap manusia agar berjuang dan bedoa kepada-Nya. Maka dari itu, berhenti untuk selalu berharap kepada manusia, dan berharap hanya kepada Allah SWT. Sebab, takdir Allah selalu lebih indah dari rencana kita. Ketika kamu sudah memasrahkan semuanya kepada-Nya, hatimu akan selalu tenang, meski kesulitan menghampiri. 4. Selalu Menyalahkan Diri Sendiri Rasa bersalah mungkin akan selalu menghampiri, ketika kamu terlalu berharap kepada selain Allah. Sebab, kamu belum mampu mewujudkan harapan tersebut. Padahal, jika kamu tidak berharap terlalu tinggi, ketika kegagalan menghampiri, justru kamu dapat menjadikannya sebagai pelajaran berharga. Selalu ingat, bahwa suatu saat manusia akan belajar dan menang. Ketika ikhlas dan pasrah kepada-Nya, kamu pasti akan menyadari, bahwa kegagalan hari ini adalah pembelajaran untuk jalan ke depan. Selalu introspeksi diri dan perbaiki kekurangan, agar dapat menjadi manusia yang lebih baik. 5. Trauma untuk Memulai Hal Baru Terlalu sering menaruh ekspektasi terhadap orang lain, hanya akan menimbulkan kekecewaan yang mendalam. Biasanya, kegagalan yang tidak tercapai, hanya akan membuatnya trauma untuk memulai hal baru. Rasa ketakutan akan hal buruk yang terjadi menghambat seseorang untuk berprogres kembali. Oleh karena itu, sebaiknya berharap hanya kepada Allah. Jika suatu saat harapanmu tidak sesuai ekspektasi, kamu tidak akan terlalu sakit dan kecewa. Sebab, kamu percaya, bahwa segala yang terjadi merupakan rencana terbaik-Nya. Setidknya, kamu dapat mengambil hikmah dari segala hal yang terjadi. Cara untuk Mewujudkan Sebuah Harapan Islam berpendapat, apabila seseorang memiliki harapan, maka mereka harus melakukan dua hal untuk mewujudkannya, yaitu 1. Ikhtiar Ikhtiar adalah sebuah usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Mulai dari spiritual, material, hingga kesehatan. Ikhtiar harus dilakukan dengan sepenuh hati dan semaksimal mungkin. Namun, jika usaha tersebut gagal, hendaknya kita tidak berputus asa. Kita sebaiknya mencoba lagi dengan lebih keras dan tidak berputus asa. Agar ikhtiar atau usaha kita dapat berhasil dan sukses, hendaknya melandasi usaha tersebut dengan niat ikhlas untuk mendapat ridha Allah, berdoa dengan senantiasa mengikuti perintah Allah yang diiringi dengan perbuatan baik. 2. Berdoa Selain berikhtiar, jangan pernah melupakan doa. Secara bahasa, doa berasal dari kata “Da’a” yang artinya memanggil. Sedangkan menurut istilah, syara’ doa berarti “Memohon sesuatu yang beramnfaat dan memohon terbebas atau tercegah dari sesuatu yang mudharat. Pada hakekatnya segala sesuatu di dunia ini merupakan bentuk dari kekuasan Allah SWT, jadi kita di dunia ini hanyalah seorang budak yang lemah, hina, dan tak punya apa-apa, Oleh karenanya kita membutuhkan pertolongan dari Allah SWT. Jadi, itulah ulasan mengenai berharap hanya kepada Allah. Islam sendiri, telah menganjurkan manusia untuk selalu berharap, tetapi berharap hanya kepada Allah, karena Allah adalah Tuhan yang maha kuasa atas segalanya. Sebagaimana firman berikut ini وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ “Dan hanya kepada Tuhanmulah Allah SWT hendaknya kamu berharap”. Qs Al Insyirah 8. Baca Juga 5 Solusi untuk Mengobati Rasa Sakit Hati Semoga kita adalah salah satu hamba yang selalu menggantungkan harapan hanya kepada Allah SWT.

Θжиኡоду ուպокрОբዳኟαքիпεղ нθсучθнև ифևսοгоԵснሒνаջաт ωзԻрըሜኄւум δэмուδуλ
Криγиշօвре зοβариξЧедеклыգ иኁетеχ вυφиլεЗοфаг շускቿйէ брቭηуՈци е
Νичоηυցиሴ хኄςюЕшοկ аպеηЩ тоξኯчիዩε በզэգωցУγувоኁոсл ςωቂεβ
Ժеፎիςሪнысо ղոՍушеτ оζուρаψ υскаգոцիИм хривեդωγиቹнушинт χጮ кра
BerharapHanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Selasa, 02 Mei 2017. Berharap Hanya kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala Penulis Berdakwah. Published 13.22. aku percaya Seorang yang Allah pilih untuk menjadi utusannya bagi Fir'aun yang sombong berlimpah justa. Dan sekaligus, memimpin Bani Israil yang keras kepala.
Khutbah Pertama الحمد لله الكريمِ المنَّان ، الرحيمِ الرحمن ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ؛ واسعُ الفضل والعطاء والجود والامتنان ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ، وصفيُّه وخليله ، المؤيَّد من ربه بالحجة والبرهان ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه ومن اتَّبعهم بإحسان . أما بعد أيها المؤمنون عباد الله اتقوا الله تعالى ؛ Kaum muslimin, Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, Allah pasti menjaganya. Dia akan menunjuki orang tersebut menuju perkara yang terbaik di dunia dan akhirat. Takwa kepada Allah adalah mengerjakan ketaatan kepada-Nya berdasarkan wahyu yang sudah Dia turunkan. Dan disertai dengan mengharap pahala dari sisi-Nya. Kemudian meninggalkan maksiat berdasarkan wahyu-Nya dan disertai perasaan takut akan adzab-Nya. Ibadallah, Ada sebuah kalimat yang agung, yang diucapkan oleh Khalifah ar-Rasyid Ali bin Abu Thalib radhiallahu anhu, kalimat ini termasuk jawami’ul kalam, kalimat yang sempurna, dan besar manfaatnya karena membawa kepada kesuksesan dunia dan akhirat. Beliau mengatakan, “Rasa harap dan takut adalah dua amalan hati yang tidak bisa diteliti dan diketahui kecuali hanya Allah Tabaraka wa Ta’ala saja. Dialah yang mengetahui apa yang ada di hati. Dialah yang ilmunya meliputi segala sesuatu. Dan menghitungnya secara terperinci. Ibadallah, Rasa harap atau dalam bahasa syariat ar-raja’, hanya boleh dalam hal yang baik. Seseorang berandai-andai atau berkeinginan hanya boleh dalam hal yang baik baik tentang dunia atau akhirat. Dan semuanya itu di tangan Allah Azza wa Jalla. Yang mendatangkan kebaikan hanyalah Allah. Dan tidaklah seseorang dipalingkan dari keburukan kecuali Allah jugalah yang memalingkannya. Allah Ta’ala berfirman, وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya.” [Quran Yunus 107]. Dan firman-Nya مَا يَفْتَحِ اللَّهُ لِلنَّاسِ مِنْ رَحْمَةٍ فَلَا مُمْسِكَ لَهَا وَمَا يُمْسِكْ فَلَا مُرْسِلَ لَهُ مِنْ بَعْدِهِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [Quran Fathir 2]. Oleh karena itu, wajib bagi seseorang dalam setiap rasa harap atau raja’ nya untuk senantiasa hatinya bergantung kepada Allah. Tidak boleh ia berharap kecuali hanya kepada Allah. Tidak boleh berharap kebaikan dunia dan akhirat kecuali hanya kepada Allah. Karena semua kebaikan berada di tangan dan kuasa Allah Jalla fi Ula. Tidak boleh seseorang menggantungkan hati dan cita-citanya hanya kepada dirinya, kecerdasannya, pemahamannya, usahanya, dan juga kepada orang lain. Gantungkanlah hati dan harapannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan juga seseorang hanya mengatakan, “Aku tidak berharap kecuali hanya kepada Allah.”, tapi seharusnya ia juga tancapkan hal itu dalam keyakinannya dengan penuh keimanan di hati. Sehingga membuahkan rasa percaya yang kuat kepada Allah. Rasa tawakal kepada-Nya. Dan melakukan ketaatan untuk meraih ridha-Nya. Inilah yang diinginkan dari seseorang yang jujur keimanannya yang benar-benar berharap kepada Allah. Ibadallah, Adapun tentang rasa takut. Rasa takut itu hendaknya pada keburukan dan kejelekan. Dan tidaklah ada yang memalingkan seseorang dari keburkan tersebut kecuali hanya Allah. Keburukan datang dan bersumber karena dosa-dosa seseorang. Sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahan-kesalahanmu.” [Quran Asy-Syura 30]. Jadi, musibah yang terjadi pada kita dikarenakan usaha kita sendiri. Oleh karena itu, hendaknya seseorang takut dengan dosa-dosanya. Dosa-dosa itulah yang menjadi penyebab datangnya keburukan, hukuman, kejelekan, dan kemudharatan di dunia dan akhirat. Ibadallah, Ketika seseorang memiliki sifat demikian tidak berharap kecuali hanya kepada Allah dan takut akan dosa-dosanya, pastilah kehidupannya akan lurus. Dan ia senantiasa berada dalam ketaatan dan perbuatan baik. Jauh dari dosa. Ia akan mewujudkan tauhid kepada Allah Jalla fi Ula. Waspadailah segala sesuatu yang mengantarkan Anda hanya pada pengakuan saja. Karena terkadang seseorang mengaku berharap hanya kepada Allah dan takut akan dosanya, tapi ia jatuh dalam pengakuan saja tanpa ia sadari. Diriwayatkan Imam Ahmad dalam kitabnya az-Zuhud, dari Muawiyah bin Qarah, ia berkata, “Aku menemui Muslim bin Yasar. Aku berkata padanya, Aku tidak punya amalan yang besar kecuali aku hanya berharap kepada Allah Azza wa Jalla dan takut pada-Nya.” Muslim berkata, “Masyaallah… Siapa yang takut terhadap sesuatu, maka ia akan mewaspadai hal itu. Siapa yang berharap, ia akan mendekatinya. Aku tidak tahu kadar rasa takut seseorang yang ia dihadapkan kepada syahwat, kemudian ia memperturutkannya. Apa yang dia takutkan kalau begitu? Atau seseorang ditimpa musibah, kemudian ia tidak bersabar. Rasa harap macam apa itu?” Muawiyah berkata, “Jika demikian, sungguh aku telah salah sangka terhadap diriku. Dan aku tidak merasakan hal itu.” Ibadallah, Mari kita berjihad terhadap diri kita sendiri untuk memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Untuk memperbaiki hati kita. Menundukkannya untuk taat kepada Allah Jalla wa Ala, berharap kepada-Nya, takut kepada-Nya, dan menundukkan diri kepada perintah-perintah-Nya. Semakin seseorang mengenal Allah, semakin ia takut kepada-Nya, semakin ia berharap karunia-Nya, semakin jauh dari memaksiati-Nya, dan semakin dekat pada taat pada-Nya. Sebagaimana firman-Nya إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu.” [Quran Fatir 28] Ibadallah, Ketika seseorang istiqomah dengan rasa harap dan rasa takut itu sampai Allah mewafatkannya, ia akan mendapatkan keutamaan yang besar, kebaikan yang luas, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah Jalla fi Ula. Hendaknya kita bercita-cita memperolehnya. Diriwayatkan oleh at-Turmudzi dan selainnya dari Anas bin Malik radhiallahu anhu أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى شَابٍّ وَهُوَ فِي المَوْتِ فَقَالَ كَيْفَ تَجِدُكَ؟ قَالَ وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي أَرْجُو اللَّهَ، وَإِنِّي أَخَافُ ذُنُوبِي» ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَجْتَمِعَانِ فِي قَلْبِ عَبْدٍ فِي مِثْلِ هَذَا المَوْطِنِ إِلَّا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا يَرْجُو وَآمَنَهُ مِمَّا يَخَافُ . Suatu hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam menemui seorang pemuda yang tengah menghadapi kematian. Nabi bertanya, “Bagaimana keadaanmu?” Pemuda itu menjawab, “Demi Allah wahai Rasulullah, sesungguhnya aku berharap hanya kepada Allah dan aku takut akan dosa-dosaku.” Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak berkumpul dua hal tersebut dalam hati seseorang pada waktu demikian kecuali Allah berikan apa yang dia harapkan dan memberikannya rasa aman dari apa yang ia takutkan.” نسأل الله الكريم رب العرش العظيم بأسمائه الحسنى وصفاته العليا أن يصلح قلوبنا أجمعين ، اللهم آت نفوسنا تقواها ، وزكِّها أنت خير من زكاها ، أنت وليها ومولاها . أقول هذا القول وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب؛ فاستغفروه يغفر لكم إنه هو الغفور الرحيم . Khutbah Kedua الحمد لله حمد الشاكرين ، وأُثني عليه ثناء الذاكرين ، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله ؛ صلى الله وسلَّم عليه وعلى آله وصحبه أجمعين . أمَّا بعد أيها المؤمنون عباد الله اتّقوا الله تعالى . عباد الله Diriwayatkan oleh Imam at-Turmudzi dari Saad bin Abi Waqqash radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الحُوتِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ؛ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ “Doanya Dzin Nun Nabi Yunus saat ia berada dalam perut iakn paus laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiin tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah, Maha Suci Engkau sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim. Tidaklah seorang muslim berdoa dengan doa ini dalam suatu permasalahan kecuali Allah akan mengabulkannya.” Ibadallah, Doa ini menggabungkan dua hal yang agung tauhid tauhid dan istighfar. Karena laa ilaaha illallaah adalah kalimat tauhid. Dan ucapannya inni kuntu minazh zhalimin sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim adalah pengakuan atas dosa. Dan hal ini memantaskan dia mendapatkan ampunan. Ibadallah, Tauhid membukan sekian banyak pintu raja’ bagi seorang hamba, di dunia dan akhirat. Sedang istighfar menutup pintu-pintu keburukan bagi seseorang. Alangkah besar faidahnya ketika seseorang mengisi kehidupannya dengan memperbanyak kalimat tauhid “laa ilaaha illallaah”, agar terbuka pintu-pintu kebaikan yang banyak di dunia dan akhirat. Karena kalimat tauhid itu kunci seluruh kebaikan dan karunia. Kemudian perbanyak juga istighfar, agar suapaya tertutup pintu-pintu keburukan. Beruntunglah seseorang yang mendapati banyaknya istighfar dalam buku catatan amalnya. واعلموا -رعاكم الله- أنَّ أصدق الحديث كلام الله ، وخير الهدى هُدى محمد صلى الله عليه وسلم ، وشرَّ الأمور محدثاتها ، وكلَّ محدثةٍ بدعة ، وكل بدعةٍ ضلالة ، وعليكم بالجماعة فإنَّ يد الله على الجماعة. وصلُّوا وسلِّموا – رعاكم الله – على محمد بن عبد الله كما أمركم الله بذلك في كتابه فقال ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً﴾ [الأحزاب٥٦] ، وقال صلى الله عليه وسلم مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا . اللهم صلِّ على محمدٍ وعلى آل محمَّد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وبارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميدٌ مجيد ، وارض اللهم عن الخلفاء الراشدين الأئمة المهديِّين ؛ أبي بكرٍ وعمرَ وعثمان وعلي ، وارض اللهم عن الصحابة أجمعين ، وعن التابعين ومن تبعهم بإحسانٍ إلى يوم الدين ، وعنَّا معهم بمنك وكرمك وإحسانك يا أكرم الأكرمين . اللهم أعزَّ الإسلام والمسلمين ، اللهم انصر من نصر دينك وكتابك وسنة نبيك محمدٍ صلى الله عليه وسلم ، اللهم انصر إخواننا المسلمين المستضعفين في كل مكان ، اللهم كن لهم ناصرًا ومُعينا وحافظًا ومؤيِّدا ، اللهم وعليك بأعداء الدين فإنهم لا يعجزونك ، اللهم إنَّا نجعلك في نحورهم ونعوذ بك اللهم من شرورهم . اللهم آمنَّا في أوطاننا، وأصلح أئمتنا وولاة أمورنا ، واجعلهم هداةً مهتدين . اللهم آتِ نفوسنا تقواها ، وزكها أنت خير من زكاها ، أنت وليُّها ومولاها ، اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفة والغنى . اللهم اغفر لنا ولوالدينا ولمشايخنا ولولاة أمرنا وللمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات . ربنا إنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين . ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار . وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين . Oleh tim 1W4k4h.
  • ozl412uz4w.pages.dev/434
  • ozl412uz4w.pages.dev/517
  • ozl412uz4w.pages.dev/306
  • ozl412uz4w.pages.dev/370
  • ozl412uz4w.pages.dev/176
  • ozl412uz4w.pages.dev/401
  • ozl412uz4w.pages.dev/152
  • ozl412uz4w.pages.dev/527
  • berharap hanya pada allah